Monday 16 September 2019

BITCRATIC REVIEW

     Sejak dimulainya Pertukaran Crypto Terpusat Blockchain mendominasi pasar crypto dan lebih dari 95% transaksi terjadi dalam pertukaran tersebut. Tujuan dari Blockchain adalah untuk mendesentralisasi dunia. Bitcratic hadir untuk memberdayakan pertukaran desentralisasi. Bitcratic adalah pertukaran desentralisasi untuk Token ERC 20. Bitcoin menggunakan buku pesanan off-chain dengan penyelesaian On-chain.
     Setiap transaksi Ethereum melibatkan biaya gas yang dibayarkan kepada penambang di jaringan Ethereum. Pada Bitcratic, transaksi Ethereum diperlukan untuk penyetoran, penarikan, dan perdagangan. Jika Anda menggunakan Bitcratic dengan MetaMask, Anda dapat menurunkan harga gas saat Anda menerima transaksi untuk membayar biaya gas yang lebih rendah. Kami menyarankan biaya gas sebesar 4 gwei jika Anda tidak keberatan menunggu beberapa blok untuk konfirmasi transaksi Anda. Jika Anda menggunakan Bitcratic tanpa MetaMask, harga gas ditetapkan pada 4 gwei. Jika Anda tidak menggunakan MetaMask, Anda dapat mengatur harga gas dari item "Harga gas" di dropdown akun (kanan atas). 

     Tanpa terlalu banyak detail teknis, harga gas 4 gwei sesuai dengan biaya transaksi keseluruhan berikut: Biaya transaksi Setor ETH ~ 0,0003 ETH Penarikan ETH ~ 0,0001 ETH Deposit token ~ 0,0001 ETH Penarikan token ~ 0,0002 ETH Perdagangan ~ 0,0003 ETH Batalkan pesanan ~ 0,0002 ETH 

     Bagaimana biaya platform bekerja Hampir semua yang Anda lakukan di Bitcratic gratis, dengan hanya satu pengecualian. Berikut adalah daftar lengkap biaya pertukaran Biaya bitcratic: 
Biaya Tindakan Setoran gratis Penarikan gratis Lakukan pemesanan (tambahkan biaya likuiditas) gratis Jalankan terhadap pesanan orang lain (ambil biaya likuiditas) 0,3% 

Fitur penting dari Bitcratic adalah bahwa menempatkan pesanan tidak melibatkan transaksi Ethereum. Menempatkan pesanan melibatkan penandatanganan pesan, yang tidak memerlukan biaya gas. Ini berarti bahwa menempatkan pesanan pada Bitcratic sepenuhnya gratis: tidak ada biaya transaksi Ethereum dan tidak ada biaya jika pesanan diperdagangkan. Satu-satunya biaya platform. Biaya Bitcratic adalah biaya 0,3% yang dibayarkan oleh orang yang melakukan pemesanan (dibayar dalam instrumen yang sedang dijual).

Thursday 6 June 2019

Cerita Sex Dewasa : Variasi Dengan kakak Ipar

cerita seks Cerita Seks Dengan Kakak Ipar ku, Bekerja sebagai Auditor di perusahaan swasta memang sangat melelahkan. Tenaga, pikiran, semuanya terkuras. Apalagi kalau ada masalah keuangan yang rumit dan harus segera diselesaikan. Mau tidak mau, seperti rasanya harus mengeluarkan seluruh isi pikiran. Akibat dari tekanan pekerjaan yang demikian itu membuatku akrab dengan gemerlapnya dunia malam terutama jika weekend. Biasanya bareng teman sekantor aku berkaraoke untuk melepaskan beban. Kadang di ‘sini’, kadang di ‘sana’, dan selanjutnya, benar-benar malam untuk menumpahkan “beban”. Maklum, aku sudah berkeluarga dan punya seorang anak, tetapi mereka kutinggalkan di kampung karena istriku punya usaha dagang di sana. Tapi lama kelamaan semua itu membuatku bosan. Ya…di Jakarta ini, walaupun aku merantau, ternyata aku punya banyak saudara dan karena kesibukan (alasan klise) aku tidak sempat berkomunikasi dengan mereka. Akhirnya kuputuskan untuk menelepon Mas Adit, sepupuku. Kami pun bercanda ria, karena lama sekali kami tidak kontak. Mas Adit bekerja di salah satu perusahaan minyak asing, dan saat itu dia kasih tau kalau minggu depan ditugaskan perusahaannya ke tengah laut, mengantar logistik sekaligus membantu perbaikan salah satu peralatan rig yang rusak. Dan dia memintaku untuk menemani keluarganya kalau aku tidak keberatan. Sebenernya aku males banget, karena rumah Mas Adit cukup jauh dari tempat kostku Aku di bilangan Ciledug, sedangkan Mas Adit di Bekasi. Tapi entah mengapa aku mengiyakan saja permintaannya, karena kupikir-pikir sekalian silaturahmi. Maklum, lama sekali tidak jumpa. Hari Jumat minggu berikutnya aku ditelepon Mas Adit untuk memastikan bahwa aku jadi menginap di rumahnya. Sebab kata Mas Adit istrinya, mbak Lala, senang kalau aku mau datang. Hitung-hitung buat teman ngobrol dan teman main anak-anaknya. Mereka berdua sudah punya anak laki-laki dua orang. Yang sulung kelas 4 SD, dan yang bungsu kelas 1 SD. Usia Mas Adit 40 tahun dan mbak Lala 38 tahun. Aku sendiri 30 tahun. Jadi tidak beda jauh amat dengan mereka. Apalagi kata Mbak Lala, aku sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumahnya. Terutama semenjak aku bekerja di Jakarta ini. Ya, tiga tahun lebih aku tidak berjumpa mereka. Paling-paling cuma lewat telepon Setelah makan siang, aku telepon mbak Lala, janjian pulang bareng Kami janjian di stasiun, karena mbak Lala biasa pulang naik kereta. “kalau naik bis macet banget. Lagian sampe rumahnya terlalu malem”, begitu alasan mbak Lala. Dan jam 17.00 aku bertemu mbak Lala di stasiun. Tak lama, kereta yang ditunggu pun datang. Cukup penuh, tapi aku dan mbak masih bisa berdiri dengan nyaman. Kamipun asyik bercerita, seolah tidak mempedulikan kiri kanan. Tapi hal itu ternyata tidak berlangsung lama Lepas stasiun J, kereta benar-benar penuh. Mau tidak mau posisiku bergeser dan berhadapan dengan Mbak Lala. Inilah yang kutakutkan…! Beberapa kali, karena goyangan kereta, dada montok mbak Lala menyentuh dadaku. Ahh…darahku rasanya berdesir, dan mukaku berubah agak pias. Rupanya mbak Lala melihat perubahanku dan ?ini konyolnya- dia mengubah posisi dengan membelakangiku. Alamaakk.. siksaanku bertambah..! Karena sempitnya ruangan, si “itong”-ku menyentuh pantatnya yang bulat manggairahkan. Aku hanya bisa berdoa semoga “itong” tidak bangun. Kamipun tetap mengobrol dan bercerita untuk membunuh waktu. Tapi, namanya laki-laki normal apalgi ditambah gesekan-gesekan yang ritmis, mau tidak mau bangun juga “itong”-ku. Makin lama makin keras, dan aku yakin mbak Lala bisa merasakannya di balik rok mininya itu. Cerita Dewasa Pikiran ngeresku pun muncul, seandainya aku bisa meremas dada dan pinggulnya yang montok itu.. oh… betapa nikmatnya. Akhirnya sampai juga kami di Bekasi, dan aku bersyukur karena siksaanku berakhir. Kami kemudian naik angkot, dan sepanjang jalan Mbak Lala diam saja. Sampai dirumah, kami beristirahat, mandi (sendiri-sendiri, loh..) dan kemudian makan malam bersama keponakanku. Selesai makan malam, kami bersantai, dan tak lama kedua keponakanku pun pamit tidur. Cerita Panas “Ndrew, mbak mau bicara sebentar”, katanya, tegas sekali. “Iya mbak.. kenapa”, sahutku bertanya. Aku berdebar, karena yakin bahwa mbak akan memarahiku akibat ketidaksengajaanku di kereta tadi. “Terus terang aja ya. Mbak tau kok perubahan kamu di kereta. Kamu ngaceng kan?” katanya, dengan nada tertahan seperti menahan rasa jengkel. “Mbak tidak suka kalau ada laki-laki yang begitu ke perempuan. Itu namanya pelecehan. Tau kamu?!” “MMm.. maaf, mbak..”, ujarku terbata-bata. “Saya tidak sengaja. Soalnya kondisi kereta kan penuh banget. Lagian, nempelnya terlalu lama.. ya.. aku tidak tahan” “Terserah apa kata kamu, yang jelas jangan sampai terulang lagi. Banyak cara untuk mengalihkan pikiran ngeres kamu itu. Paham?!” bentak Mbak Lisa. “Iya, Mbak. Saya paham. Saya janji tidak ngulangin lagi” “Ya sudah. Sana, kalau kamu mau main PS. Mbak mau tidur-tiduran dulu. kalau pengen nonton filem masuk aja kamar Mbak.” Sahutnya. Rupanya, tensinya sudah mulai menurun. Cerita Sex ABG Akhirnya aku main PS di ruang tengah. Karena bosan, aku ketok pintu kamarnya. Pengen nonton film. Rupanya Mbak Lala sedang baca novel sambil tiduran. Dia memakai daster panjang. Aku sempat mencuri pandang ke seluruh tubuhnya. Kuakui, walapun punya anak dua, tubuh Mbak Lala betul-betul terpelihara. Maklumlah, modalnya ada. Akupun segera menyetel VCD dan berbaring di karpet, sementara Mbak Lala asyik dengan novelnya. Entah karena lelah atau sejuknya ruangan, atau karena apa akupun tertidur. Kurang lebih 2 jam, dan aku terbangun. Film telah selesai, Mbak Lala juga sudah tidur. Terdengar dengkuran halusnya. Wah, pasti dia capek banget, pikirku. Saat aku beranjak dari tiduranku, hendak pindah kamar, aku terkesiap. Posisi tidur Mbak Lala yang agak telungkup ke kiri dengan kaki kana terangkat keatas benar-benar membuat jantungku berdebar. Bagaimana tidak? Di depanku terpampang paha mulus, karena dasternya sedikti tersingkap. Mbak Lala berkulti putih kemerahan, dan warna itu makin membuatku tak karuan. Hatiku tambah berdebar, nafasku mulai memburu.. birahiku pun timbul.. Perlahan, kubelai paha itu.. lembut.. kusingkap daster itu samapi pangkal pahanya.. dan.. AHH… “itong”-ku mengeras seketika. Mbak Lala ternyata memakai CD mini warna merah.. OHH GOD.. apa yang harus kulakukan… Aku hanya menelan ludah melihat pantatnya yang tampak menggunung, dan CD itu nyaris seperti G-String. Aku bener-bener terangsang melihat pemandangan indah itu, tapi aku sendiri merasa tidak enak hati, karena Mbak Lala istri sepupuku sendiri, yang mana sebetulnya harus aku temani dan aku lindungi dikala suaminya sedang tidak dirumah. Namun godaan syahwat memang mengalahkan segalanya. Tak tahan, kusingkap pelan-pelan celana dalamnya, dan tampaklah gundukan memeknya berwarna kemerahan. Aku bingung.. harus kuapakan.. karena aku masih ada rasa was-was, takut, kasihan… tapi sekali lagi godaan birahi memang dahsyat. NIKMATNYA KEINDAHAN TUBUH KAKAK IPARKU YANG BUAT HASRAT KU SEMAKIN MEMACU Akhirnya pelan-pelan kujilati memek itu dengan rasa was-was takut Mbak Lala bangun. Sllrrpp.. mmffhh… sllrrpp… ternyata memeknya lezat juga, ditambah pubic hair Mbak Lala yang sedikit, sehingga hidungku tidak geli bahkan leluasa menikmati aroma memeknya. Entah setan apa yang menguasai diriku, tahu-tahu aku sudah mencopot seluruh celanaku. Setelah “itong”-ku kubasahi dengan ludahku, segera kubenamkan ke memek Mbak Lala. Agak susah juga, karena posisinya itu. Dan aku hasrus ekstra hati-hati supaya dia tidak terbangun. Akhirnya “itongku”-ku berhasil masuk. HH… hangat rasanya.. sempit.. tapi licin… seperti piston di dalam silinder. Entah licin karena Mbak Lala mulai horny, atau karena ludah bekas jilatanku.. entahlah. Yang pasti, kugenjot dia.. naik turun pelan lembut.. tapi ternyata nggak sampai lima menit. Aku begitu terpukau dengan keindahan pinggul dan pantatnya, kehalusan kulitnya, sehingga pertahananku jebol. Crroott… ccrroott.. sseerr.. ssrreett.. kumuntahkan maniku di dalam memek Mbak Lala. Aku merasakan pantatnya sedikit tersentak. Setelah habis maniku, pelan-pelan dengan dag-dig-dug kucabut penisku. “Mmmhh… kok dicabut tititnya..” suara Mbak Lala parau karena masih ngantuk. “Gantian dong..aku juga pengen..” cerita seks Aku kaget bukan main. Jantungku tambah keras berdegup. “Wah.. celaka..”, pikirku. “Ketahuan, nich…” Benar saja! Mbak Lala mambalikkan badannya. Seketika dia begitu terkejut dan secara refleks menampar pipiku. Rupanya dia baru sadar bahwa yang habis menyetubuhinya bukan Mas Adit, melainkan aku, sepupunya. “Kurang ajar kamu, Ndrew”, makinya. “KELUAR KAMU…!” Aku segera keluar dan masuk kamar tidur tamu. Di dalam kamar aku bener-bener gelisah.. takut.. malu.. apalagi kalau Mbak Lala sampai lapor polisi dengan tuduhan pemerkosaan. Wah.. terbayang jelas di benakku acara Buser… malunya aku. Aku mencoba menenangkan diri dengan membaca majalah, buku, apa saja yang bisa membuatku mengantuk. Dan entah berapa lama aku membaca, aku pun akhirnya terlelap. Seolah mimpi, aku merasa “itong”-ku seperti lagi keenakan. Serasa ada yang membelai. Nafas hangat dan lembut menerpa selangkanganku. Perlahan kubuka mata.. dan.. Cerita Sex Tante “Mbak Lala..jangan”, pintaku sambil aku menarik tubuhku. “Ndrew..” sahut Mbak Lala, setengah terkejut. “Maaf ya, kalau tadi aku marah-marah. Aku bener-bener kaget liat kamu tidak pake celana, ngaceng lagi.” “Terus, Mbak maunya apa?” taku bertanya kepadaku. Aneh sekali, tadi dia marah-marah, sekarang kok.. jadi begini.. “Terus terang, Ndrew.. habis marah-marah tadi, Mbak bersihin memek dari sperma kamu dan disiram air dingin supaya Mbak tidak ikutan horny. Tapi… Mbak kebayang-bayang titit kamu. Soalnya Mbak belum pernah ngeliat kayak punya kamu. Imut, tapi di meki Mbak kerasa tuh.” Sahutnya sambil tersenyum. Dan tanpa menunggu jawabanku, dikulumnya penisku seketika sehingga aku tersentak dibuatnya. Mbak Lala begitu rakus melumat penisku yang ukurannya biasa-biasa saja. Bahkan aku merasakan penisku mentok sampai ke kerongkongannya. Secara refleks, Mbak naik ke bed, menyingkapkan dasternya di mukaku. Posisii kami saat ini 69. Dan, Ya Tuhan, Mbak Lala sudah melepas CD nya. Aku melihat memeknya makin membengkak merah. Labia mayoranya agak menggelambir, seolah menantangku untuk dijilat dan dihisap. Tak kusia-siakan, segera kuserbu dengan bibirku.. “SSshh.. ahh.. Ndrew.. iya.. gitu.. he-eh.. Mmmffhh.. sshh.. aahh” Mbak Lala merintih menahan nikmat. Akupun menikmati memeknya yang ternyata bener-bener becek. Aku suka sekali dengan cairannya. CERITA SEKS “Itilnya.. dong… Ndrew.. mm.. IYAA… AAHH… KENA AKU… AMPUUNN NDREEWW..” Mbak Lala makin keras merintih dan melenguh. Goyangan pinggulnya makin liar dan tak beraturan. Memeknya makin memerah dan makin becek. Sesekali jariku kumasukkan ke dalamnya sambil terus menghisap clitorisnya. Tapi rupanya kelihaian lidah dan jariku masih kalah dengan kelihaian lidah Mbak Lala. Buktinya aku merasa ada yang mendesak penisku, seolah mau menyembur. “Mbak… mau keluar nih…” kataku. Tapi Mbak Lala tidak mempedulikan ucapanku dan makin ganas mengulum batang penisku. Aku makin tidak tahan dan.. crrootts… srssrreett… ssrett… spermaku muncrat di muutu Mbak Lala. Dengan rakusnya Mbak Lala mengusapkan spermaku ke wajahnya dan menelan sisanya. “Ndrewww.. kamu ngaceng terus ya.. Mbak belum kebagian nih…” pintanya. Aku hanya bisa mmeringis menahan geli, karena Mbak Lala melanjutkan mengisap penisku. Anehnya, penisku seperti menuruti kemauan Mbak Lala. Jika tadi langsung lemas, ternyata kali ini penisku dengan mudahnya bangun lagi. Mungkin karena pengaruh lendir memek Mbak Lala sebab pada saat yang sama aku sibuk menikmati itil dan cairan memeknya, aku jadi mudah terangsang lagi. Baca Juga : Cerita Dewasa Merengut Perawan Pacarku Disaat Rumah Sepi Tiba-tiba Mbak Lala bangun dan melepaskan dasternya. “Copot bajumu semua, Ndrew” perintahnya. Aku menuruti perintahnya dan terperangah melihat pemandangan indah di depanku. Buah dada itu membusung tegak. Kuperkirakan ukurannya 36B. Puting dan ariolanya bersih, merah kecoklatan, sewarna kulitnya. Puting itu benar-benar tegak ke atas seolah menantang kelelakianku untuk mengulumnya. Segera Mbak Lala berlutut di atasku, dan tangannya membimbing penisku ke lubang memeknya yang panas dan basah. Bless… sshh… “Aduhh… Ndrew… tititmu keras banget yah…” rintihnya. “kok bisa kayak kayu sih…?” Cerita Sex Tante Mbak Lala dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sesekali diselingi gerkan maju mundur. Bunyi gemerecek akibat memeknya yang basah makin keras. Tak kusia-siakan, kulahap habis kedua putingnya yang menantang, rakus. Mbak Lala makin keras goyangnya, dan aku merasakan tubuh dan memeknya makin panas, nafasnya makin memburu. Makin lama gerakan pinggul Mbak Lala makin cepat, cairan memeknya membanjir, nafasnya memburu dan sesaat kurasakan tubuhnya mengejang.. bergetar hebat.. nafasnynya tertahan. “MMFF… SSHSHH.. AAIIHH… OUUGGHH… NDREEWW… MBAK KELUAARR… AAHHSSHH…” Mbak Lala menjerit dan mengerang seiring dengan puncak kenikmatan yang telah diraihnya. Memeknya terasa sangat panas dan gerakan pinggulnya demikian liar sehingga aku merasakan penisku seperti dipelintir. Dan akhirnya Mbak Lala roboh di atas dadaku dengan ekspresi wajah penuh kepuasan. Aku tersenyum penuh kemenangan sebab aku masih mampu bertahan… Tak disangka, setelah istirahat sejenak, Mbak Lala berdiri dan duduk di pinggir spring bed. Kedua kakinya mengangkang, punggungnya agak ditarik ke belakang dan kedua tangannya menyangga tubuhnya. Cerita Pemerkosaan “Ndrew, ayo cepet masukin lagi. Itil Mbak kok rasanya kenceng lagi..” pintanya setengah memaksa. Apa boleh buat, kuturuti kemauannya itu. Perlahan penisku kugosok-gosokkan ke bibir memek dan itilnya. Memek Mbak Lala mulai memerah lagi, itilnya langsung menegang, dan lendirnya tampak mambasahi dinding memeknya. “SShh.. mm.. Ndrew.. kamu jail banget siicchh… oohh…” rintihnya. “Masukin aja, yang… jangan siksa aku, pleeaassee…” rengeknya. Mendengar dia merintih dan merengek, aku makin bernafsu. Perlahan kumasukkan penisku yang memang masih tegak ke memeknya yang ternyata sangat becek dan terasa panas akibat masih memendam gelora birahi. Kugoyang maju mundur perlahan, sesekali dengan gerakan mencangkul dan memutar. Mbak Lala mulai gelisah, nafasnya makin memburu, tubuhnya makin gemetaran. Tak lupa jari tengahku memainkan dan menggosok clitorisnya yang ternyata benar-benar sekeras dan sebesar kacang. Iseng-iseng kucabut penisku dari liang surganya, dan tampaklah lubang itu menganga kemerahan.. basah sekali.. Gerakan jariku di itilnya makin kupercepat, Mbak Lala makin tidak karuan gerakannya. Kakinya mulai kejang dan gemetaran, demikian pula sekujur tubuhnya mulai bergetar dan mengejang bergantian. Lubang memek itu makin becek, terlihat lendirnya meleleh dengan derasnya, dan segera saja kusambar dengan lidahku.. direguk habis semua lendir yang meleleh. Tentu saja tindakanku ini mengagetkan Mbak Lala, terasa dari pinggulnya yang tersentak keras seiring dengan jilatanku di memeknya. Kupandangi memek itu lagi, dan aku melihat ada seperti daging kemerahan yang mencuat keluar, bergerinjal berwarna merah seolah-olah hendak keluar dari memeknya. Dan nafas Mbak Lala tiba-tiba tertahan diiringi pekikan kecil.. dan ssrr… ceerr.. aku merasakan ada cairan hangat muncrat dari memeknya. Cerita Seks BACA JUGA CERITA PANAS : BERHBUNGAN INTIM DENGAN MAMA & KAKAK KU “Mbak.. udah keluar?”, tanyaku. “Beluumm.., Ndreew.. ayo sayang.. masukin ****** kamu… aku hampir sampaaii..” erangnya. Rupanya Mbak Lala sampai terkencing-kencing menahan nikmat. Akibat pemandangan itu aku merasa ada yang mendesak ingin keluar dari penisku, dan segera saja kugocek Mbak Lala sekuat tenaga dan secepat aku mampu, sampai akhirnya.. “NDREEWW… AKU KELUAARR… OOHH… SAYANG… MMHH… AAGGHH… UUFF…”, Mbak Lala menjerit dan mengerang tidak karuan sambil mengejang-ngejang. Bola matanya tampak memutih, dan aku merasa jepitan di penisku begitu kuat. Akhirnya bobol juga pertahananku.. “Mbak.. aku mau muncrat nich..” kataku. “Keluarin sayang… ayo sayang, keluarin di dalem… aku pengen kehangatan spermamu sekali lagi…” pintanya sambil menggoyangkan pinggulnya, menepuk pantatku dan meremas pinggulnya. Seketika itu juga.. Jrruuoott… jrroott… srroott.. “Mbaakk.. MBAAKK… OOGGHH… AKU MUNCRAT MBAAKK…” aku berteriak. “Hmm.. ayo sayang… keluarkan semua… habiskan semua… nikmati, sayang… ayo… oohh… hangat… hangat sekali spermamu di rahimku.. mmhh…” desah Mbak Lala manja menggairahkan. Akupun terkulai diatas tubuh moleknya dengan nafas satu dua. Benar-benar malam jahanam yang melelahkan sekaligus malam surgawi. cerita seks “Ndrew, makasih ya… kamu bisa melepaskan hasrat ngesex ku..” Mbak Lala tersenyum puas sekali.. “He-eh.. Mbak.. aku juga..” balasku. “Aku juga makasih boleh menikmati tubuh Mbak. Terus terang, sejak ngeliat Mbak, aku pengen ngeseks dengan Mbak. Tapi aku sadar itu tak mungkin terjadi. Gimana dengan keluarga kita kalau sampai tahu.” “Waahh.. kurang ajar juga kau ya…” kata Mbak Lala sambil memencet hidungku. “Aku tidak nyangka kalau adik sepupuku ini pikirannya ngesex melulu. Tapi, sekarang impian kamu jadi kenyataan kan?” “Iya, Mbak. Makasih banget.. aku boleh ngesex dan menikmati semua bagian tubuh Mbak.” Jawabku. “Kamu pengalaman ngesex pertamaku, Ndrew. Maksud Mbak, ini pertama kali Mbak ngesex dengan laki-laki selain Mas Adit. tidak ada yang aneh kok. Titit Mas Adit jauh lebih besar dari punya kamu. Mas Adit juga perkasa, soalnya Mbak berkali-kali keluar kalau lagi join sama masmu itu” sahutnya. “Terus, kok keliatan puas banget? Cari variasi ya?” aku bertanya. “Ini pertama kalinya aku ngesex sampai terkencing-kencing menahan nikmatnya gesekan jari dan tititmu itu. Suer, baru kali ini Mbak ngeseks sampai pipisin kamu segala. Kamu nggak jijik?” “Ooohh.. itu toh..? Kenapa harus jijik? Justru aku makin horny ingin merasakan memek kakak lag ..” aku tersenyum.

Cerita Sex Dewasa : Nikmatnya Iparkuu yg Montok

Ngentot Adik Ipar Yang Montok, Satu lagi kisahku yang berkaitan dengan isteriku adalah ketika aku harus ke Menado untuk suatu urusan. Biasanya aku tak pernah mampir kerumah keluarga isteriku yang memangnya berasal dari sana, tetapi kali ini aku terpaksa harus mampir ke Amurang karena isteriku menitipkan beberapa barang untuk adik dan kakaknya disana. Setelah selesai urusanku dikota Manado, maka aku segera memanggil taksi untuk ke Amurang yang letaknya cukup jauh dari kota Manado. Aku sebenarnya kepengen menginap di Manado saja karena disana ceweknya hebat hebat dan menyenangkan, tetapi karena aku harus ke Amurang, maka aku putuskan untuk menginap disana saja, tokh aku tahu kalau rumah keluargaku cukup besar disana dan aku bisa menempati paviliunnya yang sangat menyenang-kan. Aku sampai di Amurang sekitar jam 4 sore, dirumah aku disambut oleh mertuaku, Elsa kakak isteriku serta Vera adik isteriku. Aku menatap wajah ketiga orang ini dengan pikiran yang melayang layang, karena sejujurnya saja baik itu ibu mertuaku, kakak iparku maupun adik iparku semuanya cantik dan mempunyai keseksiannya sendiri sendiri. Mereka tanpa canggung memelukku serta menciumiku seperti biasanya orang yang kangen. Tetapi aku jadi cekot cekot sendiri. Bayangkan, meskipun mertuaku sudah hampir 55 tahun, tetapi badannya masih montok dengan buah dada yang benar benar hebat ditambah lagi wajah yang cantik, kalau Evie kakak iparku wajahnya kalem khas Manado, tetapi bentuk badannya benar benar ideal karena tinggi langsing dengan buah dada dan pinggul yang tak terlalu besar, kulitnya bersih dan bibirnya selalu tersenyum, berbeda sekali dengan adik iparku Vera yang wajahnya seksi dengan tubuh yang pendek dan padat ditambah buah dada yang montok hampir hampir tak sesuai dengan badannya yang kecil itu. Aku jadi bertanya tanya apakah Vera masih perawan, karena badannya begitu subur. Kami masuk kerumah bersama sama, Ibu mertuaku merangkul aku dengan mesra sehingga dapat kurasakan buah dadanya menempel ketat dilenganku. Aku jadi nggak karu karuan, apalagi ketika kuperhatikan Vera, roknya yang tipis menyebabkan pantatnya yang memakai celana dalam kecil itu terbayang nyata dihadapanku. Benar benar membuat jakunku turun naik. Aku memang menyadari sejak dulu bahwa keluarga isteriku semuanya cantik, tetapi aku tak pernah menduga bahwa aku dihadapkan pada suasana seperti ini, aku sudah merasakan bahwa malam ini aku akan mendapat santapan yang lezat, entah yang mana tetapi aku pasti akan main dengan salah satu dari mereka atau bahkan dengan ketiganya, karena ibu mertuaku sendiri juga masih “layak dinikmati” Dalam kamar aku berusaha untuk tidur sejenak karena memang tubuhku penat sekali, aku mencoba untuk tidur barang satu jam agar supaya nanti bisa keluar makan malam dengan keluargaku semuanya. Tetapi entah berapa lama aku tertidur karena ketika aku bangun kulihat diluar sudah gelap dan tak seorangpun yang berani membangunkan aku. Dengan tergesa gesa aku mengambil handukku dan pergi mandi. Tak kulihat seorangpun dirumah, entah kemana semua, tetapi ketika aku mendekati kamar mandi kudengan suara deburan air serta nyanyian wanita yang sayup sayup. Dari suaranya kukira itu suara ibu mertuaku. Benar saja ketika kuketuk pintunya ibu mertuakulah yang menjawab. Kutunggu dimuka pintu dan tak lama kemudian keluarlah mertuaku dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang dilibatkan dibadannya. Aku terpana menyaksikan sembulan buah dada mertuaku yang menonjol dari balik handuk yang dipakainya itu, apalagi ketika mertuaku mengambil pakaian yang ditaruhnya digantungan maka aku dapat melihat bulu ketiaknya yang lebat dan hitam itu. Secara otomatis aku melihat keantara selangkangannya sayang tertutup dengan handuk yang sedikit menutupi pangkal pahanya itu. Dengan nekad aku sengaja menjatuhkan handukku dan ketika mengambilnya aku melirik kepangkal paha mertuaku, benar saja, kulihat kerimbunan jembutnya yang masih basah dengan air. Entah mengerti atau tidak, tetapi mertuaku hanya tersenyum melihatku. Aku segera masuk kekamar mandi dan mulai mandi. Pikiranku yang ngeres menyebabkan kontolku jadi ngaceng nggak karu karuan. Kupercepat mandiku dengan harapan aku bisa nyamperin mertuaku yang kuharapkan masih belum berganti pakaian. Kusambar handuk, kubiarkan bajuku tergantung dikamar mandi dan aku setengah berlari menuju kekamar mertuaku untuk menjalankan tipu muslihatku. Dengan hanya memakai handuk saja aku berhenti sejenak didepan kamar mertuaku, aku menarik nafas panjang dan tanpa mengetuk aku masuk kekamar itu. Benar saja kulihat mertuaku telanjang bulat didepan kaca sambil menyisir rambutnya yang panjang. Mataku terbeliak melihat buah dada serta jembut mertuaku yang amit amit tebalnya itu. Mertuaku menjerit kaget, dan menoleh kearahku, wajahnya merah padam, tetapi tak sedikitpun ia berusaha untuk menutupi memeknya ataupun susunya. Dengan wajah yang kubuat serius aku meminta tolong mertuaku untuk melihat kontolku yang kukatakan digigit semut, memang tadi sengaja aku mencari semut merah didepan kamar mandi dan kugigitkan kebatang kontolku sehingga kontolku jadi bintul kena sengat semut kecil itu. Ketika melihat aku menyodorkan kontolku yang seperti anak kucing besarnya itu mertuaku jadi terpana, dia tak bisa berkata apa apa namun kuperhatikan matanya terus melekat memandang kontolku itu. Mertuaku mengambil duster dan memakainya untuk kemudian mengambil obat gosok dan mendekati aku. Dengan agak gemetar mertuaku mendekat dan dipegangnya kontolku untuk melihat bagian yang digigit semut itu. ” Aduh Roy, ngana ini kok ada ada saja sih, untung nih Evie dan Vera lagi keluar, kalau nggak kan Mamie jadi nggak enak ya, sini Mamie kasih minyak gosok biar nggak sakit” Aku merasakan sentuhan tangan mertuaku yang dingin sekali, kurasa kalau dia masih sungkan atau takut karena kenekadanku ini. Setelah membubuhkan minyak gosok, mertuaku mau berdiri, tetapi aku sengaja bilang ” Mamie masih sakit nih, tolong dong dipijit pijit biar nggak terasa sakitnya. Mertuaku tertawa geli dan menyuruh aku duduk dikursi panjang yang ada dikamar itu, setelah aku duduk mertuakupun duduk disampingku dan tangannya mulai memijit mijit bagian kontolku yang sakit itu. Tapi dasar kontolku memang kurang ajar, begitu dipijit sedikit langsung saja dia ngaceng dan berdiri tegak lurus. Mertuaku dengan setengah berbisik berkata ” Roy ngana punya barang kok galak sekali ya ” Aku diam aja karena aku juga merasakan sentuhan buah dada mertuaku yang menyenggol lenganku. Tanpa ragu ragu aku membetulkan tangan mertuaku agar supaya memegang kontolku dengan lebih tepat. Tiba tiba saja mertuaku melepaskan tangannya dan sambil tertawa menyuruh aku keluar dari kamarnya ” Ayo Roy, itu sudah sembuh sekarang ngana keluar ” Aku yang sudah bernafsu yakin bahwa mertuaku sebenarnya juga kepengen merasakan kontolku ini, tetapi mungkin dia kuatir sehingga dia menyuruh aku keluar. Karena itu tanpa bicara ba atau bu langsung saja kuterkam mertuaku dan kutarik dusternya sehingga kami sama sama telanjang bulat. Langsung aku menciumi bukit memeknya yang penuh dengan jembut keriting itu sementara tanganku dengan terlatih memilin milin puting susu mertuaku. Mertuaku berusaha untuk memberontak dan mendorong kepalaku, meskipun aku tahu itu tidak dengan sungguh hati, dan justru karena gerakannya itu paha mertuaku jadi terkuak yang menyebabkan aku mudah untuk menyelipkan bibirku keliang memeknya. Sekali lidahku menyentuh itilnya, mertuaku langsung ambruk dan terlentang diatas kursi panjang tanpa berdaya apa apa. Matanya terpejam sambil menggigit bibir, menahan rasa geli yang aku berikan. Tanpa menunggu lama, aku langsung mengarahkan kontolku keliang memek mertuaku dan sekali kedut kontolku langsung amblas, begitu aku menggerakkan kontolku, mertuaku langsung merangkul aku dan menggigit pundakku dengan keras sekali, kedua kakinya diangkat tinggi dan dijepitkan pada pinggangku. Kurasakan memek mertuaku sudah longgar, tetapi untuk ukuran kontolku yang over size ini, maka memek seperti ini cocok sekali rasanya, karena kalau terlalu sempit justru membuat aku cepat finish. Benar saja justru beberapa saat kemudian mertuaku yang berkelojotan merasakan nikmatnya gesekan kontolku dan mencapai kepuasannya. Aku tak merasakan perihnya gigitan mertuaku pada pundakku karena aku sedang asyik memacu kontolku untuk mengejar ketinggalanku, ketika kurasakan air maniku sudah hampir menyemprot keluar, kurasakan memek mertuaku sepertinya makin menjepit kontolku sehingga aku jadi melenguh panjang dan semprotan demi semprotan air maniku memancar keluar memenuhi liang memek mertuaku. Baru saja aku menikmati empotan memek mertuaku yang khas itu, tiba tiba saja mertuaku mendorong badanku sambil berkata ” Roy, ngana nekad sekali, bagaimana kalau kelihatan anak anak yang lain, Mamie bisa mati berdiri” Aku hanya menyeringai, kusambar handukku dan aku segera keluar menuju kamar mandi lagi. Kucuci kontolku yang penuh lendir dan segera keluar dari kamar mandi. Benar benar aku merasakan petualangan yang hebat, karena aku tak pernah menyangka bahwa aku dapat mencicipi tubuh mertuaku yang begitu padat dan seksi serta benar benar berpengalaman membuat pria merasakan kenikmatan yang sejati. Aku tahu bahwa dari cara mertuaku menikmati persetubuhan tadi, dia sudah lama tak pernah merasakan kontol pria, tetapi aku yakin hal itu tak berarti dia tak pernah merasakannya semenjak mertua laki lakiku meninggal. Pasti ada satu atau dua pria yang mengisi kesepiannya dengan memberikan kehangatan seks. Aku sendiri sebenarnya masih belum puas dengan permainan tadi, karena dengan tubuh seperti mertuaku itu, rasanya aku masih mampu mendayung dua tiga kali lagi, tetapi apa mau dikata, mertuaku kuatir kalau diketahui orang. Ketika aku lewat kamar mertuaku, kulihat kamar itu tertutup rapat, sebenarnya aku ingin mengetuknya, tetapi saat itu kulihat Evie berjalan kearahku, sehingga aku mengurungkan niatku itu. Evie tersenyum melihatku,”kenapa ngana kok baru mandi Roy ?” aku jawab kalau aku ketiduran karena terlalu lelah. Evie tersenyum manis yang membuat jantungku berdegup keras, senyuman itu benar benar merangsang dan penuh isyarat undangan yang dapat kutangkap. Sesampai dikamar, aku berbaring dulu ditempat tidur, disamping untuk relax, aku juga memikirkan Evie kakak iparku yang cakep itu. Kalau dilihat dari wajahnya sih memang cantik isteriku yang juga adiknya, tetapi kalau badannya, isteriku bukan apa apa dibandingkan Evie yang lebih mirip mamienya itu. Kubayangkan, apakah mungkin malam ini rejekiku bertumpuk tumpuk sehingga bisa menyantap ketiga wanita yang ada dirumah ini, memikirkan hal ini aku jadi tersenyum sendiri. Aku berpikiran bahwa ketiga perempuan dirumah ini memang kelihatannya nafsunya gede, aku bandingkan mertuaku dengan isteriku yang juga anaknya, tidak jauh berbeda nafsunya. Entah kalau si Evie atau Vera, tetapi aku berani bertaruh bahwa mereka itu juga hebat. Sedang asyiknya aku melamun, kudengar ketukan pelan dipintu kamarku, aku melompat dari tempat tidurku membenahi handukku dan membuka pintu itu. Kulihat Evie dimuka pintu sambil tersenyum dia berkata ” Roy ayo ngana makan dulu, biar nggak letih itu badan” Aku menyahut “nggak dulu deh Ev, gimana kalau kita omong omong saja dulu disini, nanti kita makan sama sama ya” Evie tak menyahut, tetapi dia langsung masuk dan aku dengan acuh tak acuh menutup pintu itu. Jantungku berdegup keras,”ini dia dapat lagi satu santapan”. bagiku Evie bukan sekedar merangsangku karena tubuhnya, tetapi aku lebih tertarik karena dia adalah kakak isteriku seperti aku juga tertarik pada mertuaku sendiri yang ternyata juga mau main dengan menantunya itu. Karena kursi dikamar itu hanya satu, maka agar supaya Evie duduk diatas tempat tidurku, maka aku cepat cepat duduk dikursi yang cuma satu itu. Benar saja, Evie setelah menoleh kiri kanan dan tak menemukan tempat duduk maka dia duduk diatas tempat tidurku. Dengan hanya memakai handuk aku mengajak Evie berbicara sementara mataku memperhatikan Evie yang memakai duster tanpa lengan itu. Kalau kuperhatikan, Evie tampaknya tak memakai beha, aku hanya ingin dia mengangkat tangannya agar aku bisa melihat ketiaknya, apakah lebat seperti isteriku dan juga mamanya ataukah bersih yang kurang kusukai itu. Evie menanyaiku keadaan Jakarta, juga bagaimana keadaan Novie isteriku disana. Aku bercerita panjang lebar tentang keadaan keluarga di Jakarta, juga aku ceritakan tentang Vicky adik laki laki satu satunya yang juga membantu perusahaanku di Jakarta. Pembicaraan kami jadi makin serius ketika aku mulai menanyakan keberadaan bung Denny, suami Evie. Denny seorang dokter yang ganteng dan baik sekali, sayangnya sampai saat ini mereka belum dikaruniai anak seorangpun, entah siapa yang salah. Ketika kutanyakan dimana bung Denny, Evie menjawab kalau Denny sedang dinas kedaerah untuk beberapa hari. Hal ini membuatku gembira karena berarti kesempatanku makin besar untuk menikmati Evie. “Evie kenapa sih kok belum punya anak juga, apa memang dicegah ?” Evie tersenyum simpul saja katanya “Bagaimana mau punya anak, kalau produksinya jarang jarang” Aku tersenyum dan dengan santai aku bercerita tentang hubunganku dengan Novie isteriku dalam hal seks. Kuceritakan betapa Novie hampir setiap malam mengajakku untuk main, belum lagi hobby Novie yang senang posisi macam macam. Evie hanya menyeringai saja mendengar ceritaku yang seram itu, aku yakin kalau dia terangsang mendengarnya. “Roy, kenapa sih Novie kok demikian gede nafsunya, apa kamu kasih minum obat ya?” Aku jawab enteng, “enggak tuh, tapi biasanya, perempuan yang bulunya lebat, itu nafsunya juga gede” Evie terkikik mendengar jawabku itu, aku langsung bertanya lagi ” apakah Evie juga lebat bulunya, kasih lihat dong !” Evie dengan terus tertawa geli balas bertanya “bulu apa Roy ?” Kujawab “bagaimana dengan bulu ketiak Evie ?” Evie dengan malu malu mengangkat lengannya yang putih bersih itu sehingga aku bisa melihat ketiaknya yang penuh dengan rambut hitam keriting itu. Aku bergaya tenang saja, padahal hatiku dag dig dug melihat ketiak yang lebatnya melebihi ketiak isteriku bahkan lebih lebat dari ketiak mertuaku tadi. Sambil mengatur suaraku agar tak kentara kalau aku nervous aku berkata lagi “waduh Evie, nafsumu pasti segede nafsu Novie, malah bisa bisa kamu lebih gede lagi, kalau bung Denny nggak punya modal yang hebat, pasti rontok deh sama kamu” “Apakah barangnya Denny gede dan mainnya kuat Ev ? Evie tak menjawab malahan bertanya “kalau Roy gimana ?” Inilah pertanyaan yang aku tunggu tunggu langsung saja kujawab “kalau aku sih minimal dua kali semalam ya masih OK, karena barangku cukup besar untuk membuat Novie puas dalam waktu yang relatif singkat” Saat itu dengan sengaja kusingkap handukku hingga kontolku yang sudah setengah ngaceng itu dapat dilihat dengan nyata oleh Evie. Evie menjerit lirih melihat kontolku itu, katanya ” aduh Roy masukkan deh, aku ngeri habis gede sekali sih” Aku tertawa saja, tanpa berusaha untuk menutup handukku lagi, malah aku bertanya : “kalau punya Denny seberapa Ev ? Evie menjawab “pokoknya nggak segede punya kamu deh” “Ah nggak apa apa Ev, Noviepun aku rasa susunya tak semontok kepunyaanmu, pasti Denny senang karena punya isteri yang susunya gede” “Coba aku lihat Ev, sebentar saja” Evie tertawa tawa malu namun dibukanya kancing dusternya bagian atas sehingga terbukalah buah dadanya yang putih mulus tanpa beha itu. Benar benar besar dan padat sekali, pentilnya coklat muda dan dibeberapa tempat kulihat masih ada bekas gigitan yang berwarna merah. Aku berdiri dan mendekati Evie, kataku “aduh Evie, susumu bagus sekali, aku kepengen memegangnya ya” tanpa menunggu aku sudah meremas buah dada yang montok itu, sementara karena tadi handukku terlepas, maka ketika aku berdiri aku sudah tak memakai apa apa lagi. Sengaja kupepetkan badanku ketubuh Evie sehingga sementara tanganku meremas susu Evie, kontolku yang panjang itu menggeser geser lengan Evie. Evie hanya diam saja merasakan remasan dan pelintiran jariku pada putingnya. Bahkan dia berkata “Roy aku boleh pegang barangmu ya!” Aku tak menjawab, hanya kontolku kusorongkan kearahnya, dengan gemas Evie balas meremas kontolku dan entah disengaja atau tidak Evie menarik kontolku sehingga aku terjerembab keatas tempat tidur menimpa tubuhnya. Saat itu aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya yang tebal dan menantang itu. Evie membalas ciumanku dengan menggigit bibir bawahku pelan pelan seperti dimamah. Aku membalas ciuman Evie dengan menyelusupkan lidahku kedalam rongga mulutnya yang dibalas Evie dengan menghisap ujung lidahku itu. Benar benar jago berciuman, sementara bibir kami bertautan, tanganku mulai mengembara kepaha Evie, kurasakan celana dalamnya menutupi bukit memeknya, karena itu pelan pelan kutarik celana dalam itu hingga terlepas, ketika kuraba bukit memeknya aku merasakan kerimbunan yang sangat tebal. Ketika jariku berusaha mencari liang memek Evie, aku berhasil menyentuh itil Evie yang sudah membengkak dan keras itu. memek Evie sudah licin dengan cairan sehingga jariku dengan mudah menelusup kedalam liangnya yang hangat dan terus menerus mempermainkan itilnya itu. Saat itu Evie berbisik agar supaya aku mengunci pintu lebih dahulu. Dengan tergesa gesa aku menuju pintu serta menguncinya. Kembali ketempat tidur kulihat Evie sudah membuka dusternya sehingga tubuhnya yang montok dan putih mulus itu terpampang dihadapanku. Kaki Evie sudah direntangkannya sendiri membuat liang memeknya yang berwarna merah tua itu merekah berkilat karena lendir yang membasahinya. Aku tak mau lagi menunggu terlalu lama, kuarahkan kontolku keliang memeknya dan pelan pelan kutusukkan keantara bibir memek Evie, aku sengaja tak memasukkannya sekaligus karena aku kepengen Evie yang bereaksi menekan kontolku agar masuk semuanya. Evie yang sudah bernafsu itu menekan pantatku sehingga akhirnya kontolku amblas dalam liangnya. Begitu Evie merasakan ujung kontolku sudah menyentuh leher rahimnya, dia langsung memutar mutar pantatnya seperti ayakan agar supaya ujung kontolku itu makin kuat menggeser leher rahimnya. Kulihat mata Evie terpejam rapat, begitu juga bibirnya. Setiap kali dia merasakan kegelian pada memeknya, Evie merintih, aku dapat mengetahui hal ini karena setiap kali merasa geli, memek Evie selalu mengejang. Ku biarkan saja Evie memuaskan dirinya, sementara aku asyik menciumi susunya yang montok itu, aku sama sekali tak berani menggigit susunya karena aku kuatir kalau bung Denny curiga. Merasa kurang puas dengan posisi dibawah, Evie mendorong tubuhku dan menyuruhku terlentang dengan posisi kontolku menjulang keatas, dengan gemetar ia mengangkangi kontolku dan ditepatkannya ujung kontolku keantara bibir memeknya, sambil tetap menggenggam kontolku, Evie pelan pelan menurunkan badannya sehingga kontolku tertelan oleh jepitan memeknya itu, tanpa sungkan sedikitpun Evie dengan penuh nafsu mulai menaik turunkan pantatnya, matanya terpejam rapat dan susunya terguncang guncang karena gerakan Evie yang cepat itu. Evie merintih ” Ssst…Roy, barangmu rasanya mekar ya, aduh geli sekali Roy, aku tak tahan lagi Roy………..! Gerakan Evie yang tadinya ritmis meskipun cepat itu mendadak jadi seperti tersendat sendat, Evie meremas sendiri susunya dan “…….aduh…… Roy, aku .kkkkkellluuuuuuaaarrrrr ! Kurasakan memek Evie mengejang seakan memijat batang kontolku yang masih belum merasakan apa apa itu. Memang setelah sekali memuntahkan sperma setelah main dengan mamie mertuaku, aku sekarang jadi agak kebal terhadap geli, jadi meskipun kontolku ngaceng dan siap tempur, tetapi justru spermaku yang tak mau keluar sehingga membuat aku jadi berang juga. Setelah kulihat Evie berhenti bergerak dan menelungkup diatas dadaku, aku langsung menggulingkan tubuhku sehingga sekarang Evie yang ada dibawah lagi. Aku segera memompa lagi memek Evie yang masih basah kuyup dengan lendir itu, aku tak perduli dengan suaranya yang berkecipakan itu. Keringatku bertetesan sementara pantatku terus bergerak untuk memompa sperma keujung kontolku. Evie berkali kali merintih karena ia kembali mengalami orgasme, padahal aku belum apa apa sama sekali. Karena kurasakan memek Evie licin sekali, maka aku mengeluarkan kontolku dan kubersihkan memek Evie dengan handukku agar lebih kering dan tidak terlalu menimbulkan suara, Evie hanya diam saja, dia benar benar sudah keok, tangannya terentang dan pahanya mengangkang sementara dispreiku penuh dengan bercak bercak lendir dari dalam memek Evie. Ketika sudah cukup kering, kembali aku mengarahkan kontolku keliang memek Evie, Evie sendiri membantuku dengan merentangkan liang memeknya agar aku mudah untuk menyelipkan kontolku diantaranya. Mendadak saja, kami sama sama terperanjat karena dipintu terdengar ketukan serta suara Vera yang memanggil namaku. Evie segera mendorong tubuhku dan mengambil dusternya, dengan tergopoh gopoh ia lari kejendela dan melompat keluar dari jendela yang tertutup kerimbunan pohon pohon itu, sebelumnya masih sempat ia mencium serta menggigit bibirku sambil berpesan agar nanti malam aku datang kekamarnya. Aku hanya tersenyum, setelah kulihat Evie sudah lenyap, aku segera memakai handukku lagi dan membuka pintu untuk Vera. Vera terkejut melihat wajahku yang merah padam serta tubuhku yang penuh keringat itu. Ia bertanya dengan pelan ” kenapa ngana Roy ?” Kujawab kalau aku barusan berolahraga, tanpa kusuruh Vera masuk kedalam kamarku dan berkeliling memeriksa kamarku itu, aku diam saja melihat tingkah adik iparku itu, ketika ia melihat bercak bercak dispreiku ia menoleh kearahku dan tersenyum ” itu apa Roy ?” Aku agak gelagapan juga mendengar pertanyaan Vera itu, aku terdiam dan tak menjawab sedang Vera sendiri juga tak bertanya lagi, hanya matanya saja yang menatap tonjolan kontolku yang ada dibalik handuk itu. Ketika kupersilahkan untuk duduk, Vera langsung duduk dikursi sambil berkata, “Roy ayo kita makan, Mamie menunggu”. “Tunggu ya Roy mau ganti dulu ya !”. Meskipun tahu kalau aku mau ganti pakaian, Vera tetap saja duduk dikursi itu, aku jadi salah tingkah, apakah memang Vera ini juga doyan seperti yang lainnya ? Karena sudah dua kali mendapat green light, kali ini aku juga mau mencoba rejekiku, paling tidak aku bisa menunjukkan pada Vera kontolku yang seperti anak kucing itu, pasti dia tak akan pernah lupa sampai kapanpun. Dengan pikiran seperti ini, aku langsung saja melepaskan handukku sehingga kontolku yang masih ngaceng itu, langsung menyembul keluar. Meskipun posisiku agak jauh dan menyamping disisi Vera, tetapi aku yakin Vera melihat keadaanku yang telanjang itu,.Sengaja aku minta tolong Vera untuk mengambilkan parfumku yang ada dimeja, dengan tenang Vera berjalan kearahku sambil tersenyum senyum katanya “Roy barang ngana mengerikan ya, kenapa dingin begini kok malahan berdiri ? Aku menjawab dengan cepat, ” Dia berdiri karena melihat kamu yang tak pakai beha itu ! Susu kamu membuat dia marah marah ! Vera tertawa menyeringai. Memang dari balik dusternya yang tipis jelas sekali kelihatan kalau Vera tidak memakai beha, susunya besar dan padat sekali, bahkan pentilnya kelihatan menonjol. “Susu kamu besar sekali Ver, punya Novie tak ada apa apanya dibanding punya kamu lho ! Vera hanya tertawa, malahan ia sengaja membusungkan dadanya sambil berkata ” Ia dong, ini kan Vera rawat baik baik, setiap hari Vera massage biar montok dan kencang ! Ketika Vera menyerahkan botol parfum itu, langsung saja kutangkap tangannya dan kutarik Vera sehingga susunya menempel didadaku yang telanjang itu, Vera hanya tersenyum sambil memandangku, langsung saja aku cium bibirnya yang merekah tipis itu. Vera dengan hangat membalas ciumanku, sementara tangannya langsung saja sudah meremas kontolku. Ketika kuremas susu Vera, Vera malahan menyuruh aku membuka dusternya itu, ketika sudah kubuka, Vera langsung berjongkok dan mengulum kontolku itu. Kuluman Vera benar benar ganas, dijilatinya ujung kontolku serta dikulumnya kontolku sampai habis dan digigitnya pelan pelan. Aku yang sebenarnya sudah kebal selama permainan dengan Evie tadi sekarang benar benar jadi keenakan. Cepat cepat kutarik kontolku dan kudorong Vera ketempat tidur untuk langsung kusetubuhi, Vera mandah saja ketika kudorong ketempat tidur, ketika kuturunkan celana dalam Vera, aku terperangah karena tidak seperti mertuaku atau seperti kakaknya, Vera sama sekali tak berjembut, memeknya licin, persis seperti bayi, ketika kubuka liang memeknya, itilnya yang merah itu kelihatan sudah membatu. Aku langsung naik keatas tempat tidur dan kutindih Vera sambil mengarahkan kontolku keliang memeknya itu. tetapi Vera merangkulku sambil berbisik “Roy, ngana masih perawan, masukan saja dipantat ya ” ! Aku terkejut lagi mendengar pengakuan Vera ini, Vera langsung mengganjal pantatnya dengan bantal sambil mengangkat kedua pahanya tinggi tinggi. Kulihat memek Vera memang masih rapat seperti garis, tetapi lubang pantatnya yang justru agak menganga menanti coblosan kontolku. Langsung saja aku mendekatkan kontolku keantara kedua selangkangannya dan dengan tenang Vera menuntun kontolku kearah liang pantatnya itu. Ketika sudah tepat arahnya, Vera menepuk pundakku sementara matanya terpejam erat. Dengan pelan pelan kudorong kontolku memasuki liang pantat Vera, terasa peret sekali dan agak sulit untuk maju. Kulihat Vera agak menyeringai merasakan desakan kontolku yang besar itu diliangnya, tetapi dia malahan menekan pantatku agar kontolku bisa masuk makin dalam. Dengan lancar akhirnya kontolku bisa masuk semuanya, tanpa menunggu dua kali aku langsung menggoyang pantatku mendayung Vera. Vera dengan sigap menarik kepalaku dan menciumi bibirku, dengan bibir yan bertautan aku terus merasakan kenikmatan pantat Vera yang seret itu. Tanganku asyik meremas susu Vera yang montok dan kenyal itu dengan penuh nafsu. Rasa nikmat yang kudapat benar benar lain daripada yang lain, belum lagi rasa kuatir ketahuan oleh orang, karena sebenarnya aku kan diajak makan, menyebabkan nafsuku makin memuncak sehingga mendadak spermaku sudah menyemprot nyemprot dalam liang pantat Vera. Vera sendiri menggigit bibirku, rupanya dia juga mencapai kenikmatannya dengan hanya berciuman dan diremas remas susunya. Ketika aku sudah merasa lega, langsung aku cabut kontolku dan Vera sendiri langsung memakai dusternya serta lari keluar kamarku tanpa berkata apa apa lagi. Aku tertawa geli, tak kusangka bahwa seisi rumah ini dapat kulahap dalam sekali jalan. Andaikan saja Novie ikut, berarti aku sekaligus akan menyantap empat orang…

Cerita Sex Dewasa : Aku Di Gangbang Mama

Namaku Bernas dan aku tinggal di Jakarta. Di saat aku menulis cerita ini, aku baru saja menginjak umur 25 tahun. Aku bekerja di sebuah perusahaan marketing ternama di kawasan daerah Kuningan (Jakarta Selatan). Perusahaan kami ini adalah anak dari perusahaan marketing Inggris yang mana Head Office untuk Asia Pasific berada di negeri Singapore. Aku bisa bekerja di perusahaan ini atas bantuan ibu tiriku yang memiliki banyak kolega perusahaan-perusahaan ternama di Jakarta. Ibu tiriku tergolong orang yang terpandang dan kaya raya. Bekas suaminya adalah pengusaha distributor minyak bumi dalam negeri yang punya akses mudah ke instansi-instansi pemerintah. Ibu tiriku cerai dengan bekas suaminya karena bekas suaminya memiliki banyak ’selir-selir’ di beberapa kota di pulau Jawa dan beberapa lagi di luar pulau Jawa. Karena tidak tahan dengan situasi yang dia hadapi, dia memutuskan untuk bercerai dengan bekas suaminya. Menurut cerita ibu tiriku, urusan perceraiannya sangatlah rumit, berbelit-belit, dan memakan waktu berbulan-bulan. Seperti biasa pembagian harta gono-gini yang membuat urusan cerai menjadi lebih panjang. Sampai pada akhirnya hasil dari penceraian tersebut, ibu tiriku mendapat 30% dari seluruh aset dan kekayaan mantan suaminya. Namun setelah itu, ibu tiriku tidak diperbolehkan lagi untuk meminta jatah lagi kekayaan bekas suaminya setelah penceraiannya final di pengadilan. Bisa para pembaca membayangkan seberapa besar warisan kekayaan ibu tiriku. Bagaimana dengan keluarga asliku? Ayah bercerai dengan ibu kandungku saat aku masih berumur 7 tahun. Masalah dari penceraian tersebut, aku masih kurang tau sampai sekarang ini. Ayah lebih memilih untuk tidak menceritakan masalah tersebut, dan aku pun tidak pernah lagi bertanya kepadanya. Aku mengerti perasaan ayah, karena saat itu kehidupan ekonomi keluarga masih sangat sulit dan ayah pada saat itu hanya seorang pegawai toko di daerah Mangga Besar. Meskipun hanya pegawai toko biasa, ayah memiliki bakat dan hobi mekanik yang berhubungan dengan mesin motor. Pendidikan ayah hanya sampai pada tamatan SD, dan dia mendapat ilmu montirnya dari kakek yang dulu sempat bekerja di bengkel reparasi mobil. Ayah selalu memiliki cita-cita untuk membuka bengkel sendiri. Setelah bercerai dengan ibu kandungku, aku dan ayah sering berpindah-pindah rumah kontrak. Ekonomi ayah juga tidak juga membaik. Sering istilah kehidupan kami bak ‘gali lubang tutup lubang’. Setiap tahun gaji ayah naik hanya sedikit saja, dan kebutuhan ekonomi selalu meningkat. Namun ayah tidak pernah menyerah untuk berusaha lebih demi menyekolahkan aku. Untungnya aku tergolong anak yang suka sekolah dan belajar, oleh karenanya ayah tidak pernah mengenal lelah mencari uang tambahan agar aku menjadi orang yang berilmu dan mencapai karir indah di masa depanku. Cita-cita ayah membuka bengkel reparasi mobil sendiri bermula dari keisengannya melamar kerja di bengkel mobil dekat rumah kontrakan kami. Ayah kerja di toko hanya selama 6 hari seminggu bergantian, tapi ayah menetapkan untuk mengambil hari Sabtu libur agar dia bisa bekerja di bengkel mobil tersebut. Karena bakat dan cinta ayah terhadap mesin mobil dan motor, ayah menjadi tukang favorit di bengkel tersebut. Perlahan-lahan ayah mengurangi hari kerja ayah sebagai pegawai toko menjadi 5 hari seminggu, kemudian 4 hari seminggu, dan terakhir 3 hari seminggu. Sampai pada akhirnya bengkel menarik banyak pelanggan tetap, dan ayah diminta untuk bekerja sebagai pegawai tetap di bengkel itu. Gaji ayah naik 3 kali lipat dari gaji sebagai pegawai toko plus bonus dan tip-tip dari pelanggan. Lebih bagusnya lagi ayah hanya bekerja 5 hari saja dari hari Senin sampai Jumat. Ayah sengaja tidak memilih hari Sabtu dan Minggu demi menghabiskan waktu berdua denganku. Setiap hari Sabtu ayah suka menjemputku sepulang sekolah, maklum biasanya sekolahku hanya masuk 1/2 hari di hari Sabtu dan kami berdua suka jajan di luar sebelum pulang ke rumah. Sejak bekerja di bengkel itu, aku menjadi dekat dengan ayah. Dengan kondisi ekonomi yang semakin membaik dari hari ke hari, kini ayah mampu untuk membeli rumah sendiri meskipun tidak besar. Malaikat keberuntungan sedang berada disamping ayah. Ayah orang yang baik, tekun dan jujur, maka dari itu ayah diberi banyak rejeki dari yang di atas. Bengkel itu menjadi tumbuh pesat pula berkat kedatangan ayah. Demi menjaga hubungan baik antara ayah dengan bos bengkel itu, ayah diberi komisi 15% dari setiap pembayaran service/reparasi mobil/ motor yang dia urus plus bonus tahunan dan belum lagi tip-tip dari pelanggan. Nama bengkel menjadi terkenal karena rekomendasi dari mulut ke mulut, sampai pada suatu hari ibu tiriku ini menjadi pelanggan tetap bengkel itu. Ibu tiriku mendengar nama bengkel dan nama ayahku dari teman dekatnya. Saat itu ibu tiriku memiliki 3 buah mobil. Seingatku waktu mitu ada BMW, Mercedes, dan mobil kijang. Ibu tiriku sering mengunjungi bengkel ayah dengan alasan untuk check up antara mobil BMW-nya atau Mercedes-nya. Mobil kijangnya hanya datang dengan supir. Sebut saja nama ibu tiriku adalah Tina (nama singkatan). Saat itu aku memanggilnya tante Tina. Umur tante Tina 4 tahun lebih muda dari ayah. Kerutinan tante Tina ke bengkel menjadi awal dari romansa antara dia dan ayah. Ayah sering kencan berdua dengan tante Tina, dan terkadang mereka mengajakku pergi bersama- sama pula. Terus terang sejak bersama tante Tina, wajah ayah lebih tampak berseri-seri dan lebih segar. Mungkin saat itu dia menemukan cinta keduanya setelah bertahun-tahun berpisah dengan ibu kandungku. Melihat perubahaan positif ayah, aku pun menjadi ikut senang. Aku juga senang bila tante Tina datang berkunjung, karena dia sering membawa oleh-oleh berupa makanan atau minuman yang belum pernah aku liat sebelumnya. Belakangan aku baru tau bahwa bingkisan itu adalah pemberian dari kolega bisnisnya. Salah satu rumah Tante Tina berada di daerah Jakarta Selatan, dan tentu banyak orang tau bahwa kawasan ini adalah kawasan elit. Setelah bercerai, tante Tina membuka beberapa bisnis elit di sana seperti salon/spa kecantikan, dan butik. Para pelanggannya juga dari kalangan kaliber atas seperti pejabat dan artis. Dia menyewa beberapa prajurit terpecaya untuk menjalankan usaha-usaha bisnisnya. Dalam singkat cerita, ayah dan tante Tina akhirnya memutuskan untuk menikah. Setelah menikah aku disuruh memanggilnya ‘mama’. Perlu waktu beberapa minggu untuk memanggilnya ‘mama’, tapi lama-lama aku menjadi biasa untuk memanggilnya ‘mama’. Untuk lebih singkatnya dalam cerita ini, aku akan menyebut ‘ibu tiriku’ sebagai ‘ibu’. Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi, rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di rumah tante Tina karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak process yang dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja, kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya. Ayah pernah memohon kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu adalah ‘business-minded person’. Aku semakin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan. Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana. Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik. Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama. Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar- benar berubah 180 derajat. Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karenaaku masih harus sekolah. Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya bernama tante Ani. Tante Ani saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan. Tanti Ani adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu. Wajah tante Ani tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. Tante Ani sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante Ani keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall. Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Ani. Ibu bercerita bahwa tante Ani itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Ani sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini. Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan. Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante Ani menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya. “Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?”tanya tante Ani. “Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kaloke Singapore Bernas mau ikut.” jawabku santai. “Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante Ani. Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”. “Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Bernas mau ngga temenin tante?”. “Emang tante mau makan di mana?” “Tante sih mikir Pizza Hut.” “Males ah ogut kalo Pizza Hut.” “Trus Bernas maunya pengen makan apa?” “Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.” “Oke deh. Mau cabut jam berapa?” “Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.” Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Ani mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira- kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Ani putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante Ani suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Ani bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius. Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante Ani semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu. Tiba-tiba tante Ani berkata, “Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”. “Huh? Mana enak?” tanyaku. “Mau tante kitik kuping Bernas?” tante Ani menawarkan/ “Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi. “Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante Ani. “Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan. “Alahh sok bersihan kamu Bernas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante Ani. “Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya. Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante Ani. Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suara lembut membisikkan telingaku. “Bernas, bangun yuk. Tante dah laper nih.” katatante. “Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka. “Udah jam 7 lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata tante sambil mengelus lembut rambutku. “Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.” “Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.” “Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante.” mintaku. “Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.” Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Ani sedang membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante Ani tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Ani, begitulah aku berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati. Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur. “Nih kamu yang setir mobil tante dong.” “Ogah ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktu itu tante Ani membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya. “Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante Ani. “No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku. “Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante Ani sambil tertawa kemenangan. Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. Tante Ani seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Ani tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia. Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Ani mengajakku mampir ke rumahnya. Tante Ani tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Ani sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Ani, yang tante Ani tidak pernah merasa kekurangan materi. Apartemen tante Ani lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada siapa- siapa yang tinggal di sana selain tante Ani. Jadi aku bisa maklum apabila tante Ani sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen. “Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.” “Kalo begitu, Bernas mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel. “Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante Ani. “Tapi Bernas dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri. “Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”. Tiba-tiba suara tante Ani menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan. “Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante Ani memecahkan suasana hening sebelumnya. “Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum. “Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal. Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.” Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan- lukisan yang ada, dan tante Ani tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. Tante Ani ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis. “Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku. “Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon. Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante Ani yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante Ani sudah ingin tidur. “Kita main UNO yuk?!” ajak tante Ani. “Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran. “Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante Ani. Aku hanya menggeleng- gelengkan kepala. “Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante Ani. Aku hanya memasang tampak cemburut canda. Tante Ani masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. Tante Ani membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian. Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas. Melihat kejadian ini, tante Ani menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian. “Tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat.” “Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante Ani. Aku merasa tante Ani berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Ani minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante Ani mulai terlihat lebih berani lagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat. Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Ani ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante Ani sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin berani menanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Ani, dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku. Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante Ani menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya. Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante Ani jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan. Kini permainan kami semakin wild dan berani. Tante Ani mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante Ani. “Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante Ani dengan senyum kemenangan. “Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku. Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.”. Tante Ani kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan. “Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira. “Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya. Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Ani bugil juga. Aku pengen sekali menang terus. “Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira. Terlihat tante Ani melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”. “Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.” jawabnya membela. Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Ani. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi. “Straight … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!” seru tante Ani girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam. Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati. “Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya. “Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu. “Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante Ani girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada. “Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante Ani sambil tersenyum. Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Ani kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama kemudian tante Ani membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh. “Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas- puasnya.” ucap tante Ani. Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami. “Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi. Tanpa disuruh, tante Ani melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Ani hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja. Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante Ani mencukur semua bulu-bulu pubisnya. Muka tante Ani sedikit memerah. Kulihat tante Ani sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante Ani. “Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku. Tante Ani kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya “Sekarang Bernas tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini tante Ani melepaskan BH-nya dan serentak jatungku ingin copot. Benar apa kata tante Ani, aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante Ani sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang. “Aih Bernas, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanya tante Ani. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’. “Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.” tambah tante Ani lagi. Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu. Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba. Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante Ani meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja. Tante Ani hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante Ani untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi. Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante Ani akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku. Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Ani. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Ani. Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante Animencegahnya. “Tunggu Bernas. Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Bernas dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini” kata tante Ani. Setelah meneguk wine-nya lagi, tante Ani terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripadayang sebelum-sebelumnya. “Tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.” tantang tante Ani. “Ahh, yang bener tante?” tanyaku. “Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante Ani. “Bukan karena itu. Tapi … Bernas belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu. “Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Bernas.” kata tante Ani. Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani. Tante Ani kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante Ani. Tante Ani diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Ani. Bau wine merah sempat tercium di hidungku. Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Ani. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante Ani. Tante Ani dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Ani, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang puladi dalam mulut tante Ani. Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. Tante Ani seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante Ani pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang. “Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante Ani. Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya. Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. Tante Ani menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja. “Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Bernas bosan ama tante.” candanya. “Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku. “Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante Ani kemudian terputus. Kalimat tante Ani ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Ani malam itu. Aku semakin berani dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante Ani sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung. “Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante Ani sambil menggoda. “Hmm … apa yah.” pikirku sejenak. “Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante Ani.” jawabku tidak tau malu. Ternyata wajah tante Ani tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Bernas.”. “Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. Tante Ani hanya mengangguk pertanda setuju. Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Ani. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Ani dengan lembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Ani, memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante Ani. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante Ani dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante Ani. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Ani perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisa memastikan bahwa tante Ani saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’. “Bernasss … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante Ani dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante Ani, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. Tante Ani tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Aku mencoba mendorong tubuh tante Ani perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante Ani tidak menahan/menolak, bahkan tante Ani hanya pasrah saja. Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Ani. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante Ani, dan oh my, wangi betul leher tante Ani. Tante Ani memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini. Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante Ani, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Ani. Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante Ani, sedangkan tangan kananku meremas- remas payudara kiri tante Ani. Tubuh tante Ani seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante Ani tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Ani memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya. Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Ani saat itu, namun tante Ani tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya. “Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/ memek tante Ani mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante Ani dicukur abis olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya. Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante Ani berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini memek tante Ani mulai basah dan licin. “Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berani ama tante?” tanya tante Ani terengah-engah. “Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini?” jawabku. “Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal?” tanya tante Ani lagi. “Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante Ani. “Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante Ani mulai serak-serak basah. Aku tetap memainkan itil tante Ani, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante Ani menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante Ani bukan tipe wanita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Ani tidak sakit buatku. “Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante Ani. Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Ani lemas dan nafasnya terengah-engah. Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Ani, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante Ani. Keragu- raguanku ini terbaca oleh tante Ani. Dengan lembutnya tante Ani berkata, “Bernas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh liat kontol Bernas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah panas.”. Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante Ani, dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Ani. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante Ani yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana. “Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desah tante Ani. Aku coba mengocok-kocok memek tante Ani dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku. Tante Ani terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan. “Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Ani. Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Ani, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante Ani, sehingga aku berhenti sejenak. “Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante Ani. “Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius. “Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante Ani. “Beres tante.” jawabku. “Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante Ani genit. Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante Ani semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku. Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. Tante Ani pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante Ani 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja. “Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnyakok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi… tante geliii banget nihhh …” kata tante Ani. “Tante … Bernasss dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku. Puting tante Ani semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani, dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Ani. Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante Ani. Tante Ani sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja. “Bernasss … tante datangggg … uhhh …ahhhhhh …” jerit tante Ani sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante Ani telah ‘orgasme’. Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante Ani agar spermaku dilepas keluar dari memek tante Ani. “Tante … Bernassss datangggg …” jeritku panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante Ani, dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante Ani. Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante Ani. “Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku. “Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante Ani. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante Ani. Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Ani. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit- langit apartment tante Ani. Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia. Tante Ani kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku. “Bernas puas ngga?” tanya tante Ani. “Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga” jawabku. “Emang memek tante surga yah?” canda tante Ani. “Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri. “Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran. “Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Bernas?” tanya tante Ani manja. “Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir keluar tadi.” kataku. “Idihhh … mana mungkin …” bela tante Ani sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo. “Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante Ani. “Sippp tante.” jawabku serentak girang. Malam itu aku nginap di rumah tante Ani. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Ani, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya. Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante Ani tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. Tante Ani senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri. Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). Tante Ani sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante Ani seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur. Tante Ani paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante Ani lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga). Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya. Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante Ani. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Ani menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Ani bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. Tante Ani sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Ani. Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante Ani. Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. Tante Ani sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante Ani sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Ani, namun tante Ani seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante Ani tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya.

Cerita Sex Dewasa : Mencoba Rasa Memek Mama


Menyadari keadaan ekonomi yg tdk mendukung seorang ibu berencana untuk menyerahkan bayinya untuk diadopsi agar ia bisa mendapatkan kehidupan yg lebih baik.

Cerita sex terbaru, Kebetulan di sebuah kota ada seseorang baik yg mendedikasikan hidupnya untuk mengurus bayi-bayi yg tdk diinginkan atau tdk bisa diurus oleh orang tua mereka. Yg perlu orang lakukan adalah meletakkan bayinya di sebuah kotak yg telah disediakan dan pergi. Dan itulah yg dilakukannya.

Cerita mesum terbaru, Dgn sebuah selimut ia bungkus anak pertamanya. Didalamnya ia sisipkan nama sang anak, “Radit”.

Mata polos sang bayi yg belum mengerti apa-apa itu memandang lurus kepadanya, seolah memanggilnya,

“Ibu, mau kamana?” Bola mata sang bunda menjadi berkaca-kaca menghadapi kenyataan ia tdk akan pernah bisa mengurus darah dagingnya.
“Maafkan ibu, nak. Semoga masa depanmu lebih baik ya” Sang jabang bayi itu tiba-tiba menangis mungkin ia mengerti akan berpisah dgn ibu kandungnya.

Disekanya air mata anaknya dgn telapak tangannya.

“Cup…cup jangan nangis nak….jadi anak yg baik ya…”

Si ibu bergegas dan meletakkan bayinya di kotak bayi. Lalu ia pergi tanpa berpikir akan pernah berjumpa lagi dgn darah dagingnya lagi.

Radit dirawat oleh orang baik tersebut bersama dgn anak-anak lain hingga ia berusia 3 tahun. Kemudian datanglah sepasang suami istri yg ingin mengadposinyai menjadi buah hati mereka sebab mereka tdk bisa memiliki anak.

Radit beranjak memasuki usia remaja. Seperti anak muda lainnya ia memiliki FB untuk eksis di sosmed.

Sunguh tdk dinyana ia berkenalan dgn seorang wanita. Ternyata itu adalah ibunya. Wanita itu mengenali Radit dari fotonya. Di foto itu Radit sedang bergaya iseng mengenakan selimut yg digunakan saat ia masih bayi sebagai kerudung. Ibunya mengenali selimut itu, Sebab selimut itu adalah buatan tangannya. Jadi hanya ada satu di dunia ini.

Pertama-tama Herni tdk percaya kalau wanita yg menyapanya di FB itu adalah ibunya. Tetapi ketika ia melihat foto yg sempat diambil oleh ibunya bersama dirinya waktu bayi dgn selimut itu, ia pun percaya. Sungguh kebetulan sekali setelah sekian tahun berpisah mereka bisa bertemu lagi. Mereka pun melepas rasa kangen mereka di FB chat.

Suatu hari mereka memutuskan untuk bertemu di depan sekolahan. Bukan main bahagianya mereka saat saling berjumpa. Isak tangis pun mewarnai pertemuan mereka.

Frekuensi pertemuan mereka pun semakin meningkat, kadang di mall, kadang di rumah makan. Hingga akhirnya mereka mulai bertemu di kediaman sang ibu.

Lama kelamaan hubungan mereka semakin akrab. Si ibu pun tdk sungkan-sungkan lagi untuk memeluk-meluk putranya. Memberikan kecupan kasih sayang kepada anaknya. Demikian juga Radit tdk malu-malu melakukan hal yg sama.

Wajah Radit dan karakteristik serta tingkah lakunya mirip dgn ayah kandungnya. Setiap kali si ibu bersama anaknya ia merasa sedang bernostalgia bersama dgn ayahnya dulu. Mulailah di dalam hatinya timbul harapan hubunganya dgn Radit lebih dari sekedar ibu dan anak.

Ia kini suka mengecup Radit di telinganya dan di bibirnya namun dgn cara yg menjurus ke ciuman seksual meskipun dibuat tdk terlalu ketara. Selain itu tangannya suka ia letakkan dekat-dekat ke selangkangan Radit, sehingga kalau ia bergerak, pasti tersentuh bagian privatnya.

Awalnya perbuatan ibunya Radit anggap biasa saja, tp lama kelamaan ia mulai measakan ada sesuatu yg lain.

HIngga suatu hari ibunya mulai terang-terangan memasukkan tangannya ke dalam celananya dan meremas kemaluannya.

Saat itu juga raut wajah Radit berubah. Ia pun buru-buru permisi pulang.

Hubungan keduanya menjadi renggang. Radit selalu menghindar dan dapat lagi ditemui di sekolah. Sang ibu berusaha mengontaknya melalui FB chat, tp ia tdk mendapat balasan.

Hingga suatu waktu, sang ibu mendapatkan pesan di inbox.

“Ibu…kenapa ibu lakukan itu?”

Sang ibu tampak senang sekali anaknya menghubungi dirinya lagi, meskipun ia harus berhadapan dgn pertanyaan yg sulit.

“Maafkan ibu, nak kalau sudah membuatmu tdk nyaman.”
“Radit padahal senang banget bisa berjumpa sama ibu. Doa Radit akhirnya terjawab.”
“Radit, ibu janji..tdk akan melakukan itu lagi. Jangan marah ya ke ibu.”
“…Radit kangen ibu…”
“Ibu juga nak…”
“Aku sayang sama ibu…”
“Iyah nak…”
“Aku mau ketemu lagi…”
“Ya udah..kita ketemu di KFC yah..”
“Gak…di rumah ibu aja.”
“Ya udah, besok ibu jemput yah di sekolah.”
“Iya”

Keesokan harinya seusai sekolah, Radit dijemput dan tiba di rumah ibu kandungnya.

“Radit sudah makan? Ibu masakin yah. Mau makan apa?”
“Nasi goreng!”
“Ya udah, tunggu sebentar, ya”

Si ibu menyiapkan masakan di dapur. CSsshhh suara minyak panas di wajan. Selagi ibunya memasak, Radit memperhatikan sosok wanita yg telah melahirkannya itu. Tingginya setinggi rata-rata wanita Indonesia pada umumnya. Pinggulnya lebar dan kalau sedang berdiri suka menumpukan beratnya di salah satu kakinya sehingga ia jarang kelihatan berdiri lurus.

Tak berapa lama masakan pun jadi dan mereka menikmati hidangan itu.

“Hmm…lezaaattttt…,” ujar Radit.
“Dihabisin yah..”
“Iya bu…”

Setelah makan mereka tidur-tiduran di sofa dan keduanya berbincang-bincang tentang pelajaran di sekolah, teman-temannya dan lainnya. Sampai pembicaraan menjurus ke seks.

“Bu…apakah orang tua itu biasanya melakukan hubungan seks dgn anak-anak mereka?”

Si ibu terkejut dgn pertanyaan anaknya, dan merasa berasalah.

“Radit, dengar, nak…lupakanlah apa yg terjadi waktu itu…”

Radit langsun memotong.

“Karena orang tua angkat Radit juga ngeseks sama Radit…Radit kira, karena mereka bukan orang tua kandung makanya mereka lakukan itu ke Radit”

Si ibu terkejut mendengar pengakuan anaknya.

“Yg bener, Radit. Kamu jangan bohong yah…”
“Radit gak bohong bu….kata mereka itu tanda cinta mereka ke Radit.”

Si ibu terdiam seribu bahasa.

“Ibu juga melakukan ‘itu’ ke Radit. Kalau memang itu memang tanda untuk menunjukkan cinta, Radit mau melakukannya dgn ibu.”

Si ibu birahinya langsung naik mendengar ucapan anaknya.

“Nak…plis jangan goda ibu seperti itu…kalau kamu bicara seperti itu…ibu akan…”
“Apa? Ibu akan…apa?” tanya Radit lirih.

Sedetik tiga detik si ibu terdiam, matanya beradu pandang dgn Radit. Tanpa bicara lagi sang ibu langsung membuka sabuk dan celana anaknya dgn tergesa. Ditariknya turun bersama-sama dgn CDnya hingga Radit setengah bugil. Jantung sang ibu berdebar-debar melihat alat kelamin Radit yg berukuran sedang itu. Dijepitnya batang itu diantara jemarinya dan dikocok dgn cepat.

“Ahh…ibu…ahh…”

Diciuminya kedua paha Radit bergantian, makin lama makin ke atas, sampai akhirnya mencapai buah zakarnya, kemudian ia hisap dan jilat-jilat.

Radit mengernyitkan alisnya menahan kenikmatan dari batangnya. Melihat ekspresi anaknya si ibu menjadi gemas dan semakin terbakar nafsunya. Ia cium putranya yg baru duduk di bangku SMP itu.

“Radit oh Radit…Ibu sayang Radit…”
“Radit juga….”

K0ntol Radit mulai menjadi basah. Cairan putih perlahan keluar sedikit demi sedikit dari belahan kecil di ujung batangnya.

“Ibu ingin kulum k0ntol kamu, boleh..nak?”
“Boleh….”

Si ibu meraih batang anaknya dan memasukkannya ke mulutnya. Radit menggigit bibir bawahnya menikmati lidah tak bertulang yg menjilati k0ntolnya di dalam rongga mulut itu.

Badannya bergetar saat bibir ibunya perlahan mulai mengurut batangnya dari atas ke bawah, berulang-ulang.

“Oh ibu…itu rasanya enak…”
“Kamu suka nak?”
“Suka, bu…”

Radit lalu meraih kepala ibunya dan menjambak rambutnya. Di buka lebar kedua kakinya sehingga dia bisa bertumbu.

“Bu…Radit entot mulut ibu yah….”

Dgn cepat Radit menggerak-gerakkan pinggulnya naik turun. K0ntolnya menghujam mulut ibunya tanpa ampun.

Perlahan Radit bangkit dari posisi tidurnya, tanpa menghentikan gerakan pantatnya. Hingga akhirnya ia berdiri dan ibunya terduduk agak sedikit membungkuk.

“Oh ya…ya..ya…shhh…ibu…aku dah mau keluar…”

Bunyi becek pun terdengar semakin keras.

Tiba-tiba Radit mengejang,

“Aahh!!”

Ibunya dapat merasakan cairan panas menembak berulang-ulang di dalam rongga mulutnya, mengenai bagian belakangnya.

Radit mencabut batangnya dari mulut ibunya.

“Telan, bu…”

Tenggorokan si ibu bergerak-gerak tanda ada sesuatu yg masuk melewatinya.

“Owh…seksi…sekali bu…”

Radit memeluk ibunya dan mereka saling berciuman mesra.

“Bu…”
“Yah..?”
“Ibu suka dgn apa yg kita lakukan barusan?”
“Suka…kamu agresif yah rupanya…”

“Kadang…kalau turn on…”
“Ibu bikin kamu turn on…?”
“Iya…”
“Ibu…?”
“Hmm.. apa nak?”
“Boleh Radit buka kancing baju ibu?”
“Ah..Radit…”
“Kenapa?”
“Ibu horni dengernya…”
“Lebarin juga kaki ibu…”
“Kenapa?”
“Radit mau buka baju ibu, sambil benamin k0ntol Radit di kemaluan ibu.”
“Ahh…Radit…kamu mau buat ibu turn on ya?”

Si ibu membuka kedua kakinya lebar, mengangkat roknya, lalu menyampirkan tepian CDnya. Dgn jarinya ia membuka bibir memeknya.

“Masukin sayang…”

Radit mengambil posisi di tengah berhadapan dgn ibunya. Ia kocok-kocok k0ntolnya sebentar sambil digesek-gesek di bagian luar memek ibunya yg yg berbulu dan terawat. Setelah tegang lagi, Ia tusukan ke dalam gua senggama itu.

“Mmmppphh……”
“Bagaiman bu…dimasukin k0ntol anak sendiri?”
“Ini pertama kali ibu ngalamin, nak…tegang rasanya…”
“Love you mom”
“Iyah Radit..”

Kemudian satu persatu Radit membuka kancing blus putih ibunya. Iai menelan ludah saat sedikit demi sedikit daerah dada ibunya terbuka. Setelah kancing terakhir terlepas, Radit membuka blus itu dibantu ibunya.

“Buka BH-nya, bu…Radit mau lihat puting ibu…”

Si ibu menuruti perintah anaknya dan melepaskan pengait di dada depannya.

“inikah yg ingin kamu lihat, nak?”
“Iya…”

Tangan Radit mencoba menangkup kedua payudara itu. Rasanya seperti memegang buah melon tp kenyal. Lalu ujung jari telunjuknya menekan dan memutar-mutar pentil coklat yg telah mengeras dan mencuat.

“Enak Radit digituin….Kamu pasti sering pegang buah dada ibu angkatmu yah…?”

Radit mengangguk.

“Besaran mana?”
“Lebih besar ibu, tp putingnya besaran ibu angkat.”

“Apakah kalian berdua sering ngeseks?”

Radit mengangguk, “Aku dan ayah angkat juga suka menyetubuhi ibu angkat bareng-bareng.”

“Bagaimana perasaanmu?”
“Awallnya kaget, takut, marah, sedih…dan aku sering merasa melakukan sesuatu yg salah, makanya waktu ibu juga pegang-pegang Radit….”

“Kalau sekarang bagaimana perasaan kamu?”
“Bahagia….karena ternyata itu memang karena cinta, seperti ibu ke Radit sekarang”
“Hmm…ibu buka yah bajunya, sayang….ibu mau lihat kamu bugil.”
“Buka ajah…”

Radit mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan. Si ibu tersenyum merasakan kenikmatan gesekan k0ntol anaknya di lubang senggamanya.

“Aahh…”

Kancing baju seragam Radit mulai terlepas satu persatu, menambah gairah sang ibu. Saat sudah terbuka, telapak tangannya mengusap-usap dada anaknya sambil melepaskan pakaian yg menutupi tubuhnya.

“Mmmhhh….”

Sang ibu menarik anaknya kembali tiduran di atas sofa, dan dia mengambil posisi di atas tubuh Radit. Kemudian sang ibu menggoyang-goyangkan pinggulnya ke depan ke belakang dan memutar, memelintir k0ntol Radit yg bersarang di memeknya.

“AAhhh…ahh…”
“Gimana Radit enak?”
“Ehemm….”

5 menit menyetubuhi anaknya si ibu akhirnya mencapai puncak orgasme.

“OOOhhhh…..”

Srrrr…srrr….srrr…..

Cairan kewanitaannya menyemprot keluar dari organ kewanitaannya. Tubuhnya basah oleh keringat. Nafasnya tersenggal-senggal. Lalu ia membungkuk mendekatkan wajahnya ke wajah anaknya.

“Ibu keluar nak….dah sekian tahun, ini kali pertama ibu mengalami orgasme seperti ini lagi.”
“Radit senang, ibu bisa capai klimaks.”
“Kamu belum keluar ya Dit…kuat juga ya kamu?”

Radit tersenyum.

“Kamu mau dikeluarin? Mau diapain, hmn?” tanya sang ibu sambil menoel hidung anaknya.
“Radit mau dikocokin sama ibu, tp ibu harus sambil pakai gamis dan jilbab, terus masturbasi pakai botol.”

Si ibu agak kaget dengar dia harus masturbasi pakai botol.

“Nanti kalau pecah bagaimana?…pakai sex toy aja yah…”
“Ibu punya?”
“Ada dildo…kamu tahu dildo…?”
“Tahu…”
“Ok yah…jangan pakai botol…yah…”
“Iya, gpp….buruan ya bu ganti bajunya…”
“Selera kamu ada-ada aja dee…”

Ibu Radit pun pergi ke kamarnya dan berganti pakaian gamis dan jilbab. Radit yg penasaran dan kebetulan belum tuntas untuk ronde kedua menyusul ibunya. Saat ia buka pintunya, ia terpana.

“Ibu cantik deh…”

Si ibu terkejut dgn kehadiran Radit,

“Eh..Radit, kenapa dah gak sabar ya…?”

Radit berjalan mendekati ibunya diperhatikan ibunya dari ujung kepala hingga kaki.

“Duduk bu…dildonya mana?”
“Ada di tas, ibu ambil dulu yah…”

Si ibu mengambil sebuah benda panjang bewarna hitam. Lalu ia duduk di pinggir kasur, dia angkat tepian bawah gamisnya yg agak ketat, lalu mengangkang. Benda hitam panjang itu pun dimasukkannya ke dalam lubangnya. Mulat memek kewantiaannya pun menelan masuk benda beridameter besar itu.

“Ahh…Ayo bu, cepet kocok Radit, dah gak tahan lihat ibu, nafsuin”

Radit menyodorkan k0ntolnya ke ibunya dan langsung disambut oleh tangan ibunya.

“Ah…ahhh..ah….”

Mata Radit tak berkedip melhat ibunya masturbasi di depanya sambil memakai gamis dan jilbab. Tangannya menggapai payudara ibunya dan meremas-remasnya dgn liar.

Si ibu pun birahi melihat anaknya terangsang oleh dirinya.

“Radit anak nakal…nyuruh ibu sendiri masturbasi di depan anaknya…,” goda si ibu.
“Ibu juga wanita nakal, pakai gamis jilbab ternyata suka masturbasi…” balasnya.
“Kamu suka nak, lihat ibu begini?”
“Iyah…”

Mata Radit tak lepas dari daerah memek ibunya yg ditusuk-tusuk oleh dildo hitam itu. Kocokan di tangan si ibu pun bergerak dgn cepat memberikan kenikmatan luar biasa di batang Radit.

Tiba-tiba Radit mencabut dildo itu dari lubang ibunya.

“Kenapa nak?”
Tanpa menjawab, Radit dgn cepat menubruk ibunya. Sebelum si ibu menyadari apa yg terjadi. Radit sudah melepaskan spermanya di dalam lubangnya.

“Ahhh…Radit keluar…!”

Radit mengecrotkan spermanya cukup banyak di dalam lubang ibunya.

“Oh…kamu keluarin di dalam ya…?”

“Ahhh….Iya…Radit takut ibu gak izinin, jadi Radit langsung ajah…”
“Iiih kamu tuh agresif yah….orangnya…”

Setelah itu mereka berdua berciuman memadu kasih beberapa saat, sebelum akhirnya mandi bareng. Hubungan mereka terus berlanjut demikian juga hubungan seksual mereka.